Maraknya isu antibodi turun pascavaksin Covid-19 memicu kekhawatiran tubuh mudah terserang virus corona. Ahli patologi klinis Tonang Dwi Ardyanto mengatakan antibodi memang perlahan menurun kadarnya, baik pascainfeksi maupun vaksinasi Covid-19.
“Semua antibodi mengalaminya. Semua hasil vaksinasi mengalaminya,” tulisnya.
Seberapa cepat penurunan itu tergantung apa penyakitnya, penyebab, dan bagaimana respons orangnya. Jadi, bisa berbeda-beda setiap orang bukan hanya pada virus corona. Khusus pada kasus Covid-19, menurutnya ada yang melaporkan bahwa 98,8 persen orang masih memiliki antibodi setelah 9 bulan pascainfeksi.
Ada yang melaporkan bertahan hingga 13 bulan, dan melaporkan mulai menurun setelah 6 bulan. Artinya memang respons setiap orang berbeda. Tapi, dia menegaskan ketika antibodi mulai menurun, bukan berarti langsung habis.
Selain itu, dalam laporan penelitian yang sama, ada informasi yang lebih penting, yaitu pemberian dua kali suntikan mampu membentuk sel memori yang cukup untuk merespons bila terjadi lagi infeksi atau bila diberikan vaksinasi lagi. Begitu sel memori merespons, segera terbentuk antibodi lagi.
“Ini sebenarnya informasi yang lebih penting. Mengapa? Karena respons orang berbeda-beda dalam hal kadar antibodi. Seperti tadi, ada yang mulai turun setelah 6 bulan, 9 bulan, 13 bulan dan seterusnya. Tapi banyak laporan menyebutkan pembentukan sel memori tersebut pada banyak orang. Jadi, kalaupun termasuk yang antibodinya menurun, kita masih punya sel memori,” paparnya.
Karena itu, dia meminta orang jangan gelisah soal kapan harus vaksinasi lagi. Pasalnya, dengan sel memori, Anda punya kesiapan segera bereaksi bila terpaksa terinfeksi lagi. Selain itu, tetap hindari diri dari risiko paparan tinggi untuk memperkecil risiko terinfeksi.