Latest Post

Review Jasa Top Up dengan TrustScore Rajagenz.id: Keamanan dan Kepercayaan yang Terjamin Duel Hantu: Inovasi Permainan Blockchain PVP Berbasis NFT di Indonesia

Posko Dekontaminasi Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mencatat sudah lebih dari 200 warga isolasi mandiri (isoman) di rumah yang meninggal dunia sepanjang 1-19 Juli ini.

Dari 200 lebih warga isoman yang meninggal dunia itu, 90 persen hasil swab post mortem (pasca meninggal dunia) dinyatakan positif Covid-19.

“Jumlah isoman yang meninggal dunia itu tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Sleman, tidak ada satu pun kecamatan di Sleman yang bersih (dari kasus isoman meninggal) ,” kata Koordinator Posko Dekontaminasi Covid-19 BPBD Sleman Vincentius Lilik Resmiyanto kepada Tempo, Selasa 20 Juli 2021.

BPBD Sleman sendiri pada periode 1-14 Juli 2021 telah memakamkan 534 jenazah Covid-19. Namun, saat itu dari jumlah tersebut baru mencatatkan sebanyak 129 jenazah warga yang statusnya meninggal dunia saat isoman.

Dalam periode lima hari setelah data itu dilansir, jumlah warga isoman yang meninggal terus bertambah banyak.

Periode Juli ini jumlah isoman di Sleman yang meninggal dunia ditaksir melonjak lima kali lebih banyak. Berdasar catatan sepanjang Juni lalu, tim BPBD ‘hanya’ memakamkan total 41 jenazah isoman.

Sedangkan data yang dikumpulkan relawan Posko Dukungan Operasi Satgas COVID-19 DIY ada sekitar 106 orang meninggal dunia saat isoman periode 1 Juni-5 Juli 2021.

Para isoman itu meninggal dengan kondisi saturasi oksigen sangat tak ideal atau di bawah 80 persen dan tak ditunjang bantuan oksigen mandiri untuk menyelamatkannyan

“Juli ini memang seperti puncaknya karena dari 17 kecamatan semua jadi ada kasus isoman meninggal dunia,” kata Lilik.

Belakangan tim Dekontaminasi BPBD Sleman paling sering menjemput jenazah isoman itu di Kecamatan Tempel, Kalasan, Godean, dan Mlati. Di Tempel misalnya pernah dalam satu hari ada lima jenazah isoman.

“Tapi kalau sekabupaten, dalam Juli ini kami pernah mendapat permohonan pemakaman dengan protokol Covid sehari sampai 20 jenazah isoman,” kata Lilik.

Lilik menuturkan, sebagian besar pasien isoman itu diketahui positif Covid-19 dari hasil swab post mortem, dan tidak dilaporkan ke satgas Covid-19 setempat saat mereka masih hidup dan menjalani isolasi.

“Inilah yang kami sesalkan. Sebagian besar isoman yang meninggal dunia itu usia 55 tahun ke atas, para orang tua yang sudah tidak banyak aktivitas, tapi diduga tertular dari anggota keluarganya yang masih aktif keluar rumah,” ujar Lilik.

Lebih parahnya, isolasi mandiri yang dijalani para orang tua itu juga sudah dalam keadaan berat.

“Hampir semuanya punya komorbid (penyakit penyerta), tapi isolasinya tanpa pengawasan medis dan tiba tiba dari gejala ringan sudah sangat berat,” ujar dia.

Cerita isoman meninggal dunia di Kabupaten Sleman memang baru santer terdengar memasuki Juli ini. Padahal, ujar Lilik, kisah para pasien isoman meninggal di rumah itu sudah terdeteksi sejak penghujung April 2021 lalu.

Saat April lalu, Posko Dekontaminasi Covid-19 BPBD Sleman di lapangan sempat dikagetkan saat mengurusi jenazah di rumah seorang kakek berstatus positif Covid-19 di Dusun Watukarung Kecamatan Sayegan yang ada di ujung barat kabupaten itu. Saat tim baru selesai memandikan jenazah si kakek dan hendak memasukkan ke dalam peti untuk dikubur, tiba-tiba istri dari kakek itu ambruk dan meninggal di tempat itu juga.

Saat diperiksa, jenazah si nenek juga dinyatakan positif Covid-19 hingga keduanya pun dikuburkan tim dalam satu liang lahat.

“Saat itu sebenarnya kami sudah khawatir, akan banyak warga isoman yang meninggal dunia di rumahnya tanpa menyadari kalau mereka terpapar,” kata Lilik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *